Wednesday, March 1, 2017

Begini Cara Menjadi Konsumen Baik Hati dan Cermat

r.supriadi.penang.friends

  















Setiap orang akan menggelengkan kepala bahkan bisa juga emosi bila tak sengaja membeli barang atau makanan yang harganya sungguh jauh di luar perkiraan. Misalnya saja untuk satu tas bisa mencapai harga fantastis. Apalagi ternyata di luar dugaan barang tersebut tidak dapat memberikan
kepuasan pada si pemakai. Atau, bila singgah ke sebuah restoran pertama kali. Ada menu yang ditawarkan cukup merogoh kocek lebih dalam. Satu jenis masakan dapat mencapai harga ratusan bahkan jutaan rupiah. Kekecewaan akan bertambah lagi bila ternyata makanan yang disajikan tidak cukup menggugah selera penikmatnya.
             Konsumen yang telanjur merasakan “ketidakadilan” pasti sangat kisruh dan baper hatinya. Ujung-ujungnya mungkin dia akan sakit hati karena toko tas dan restoran tersebut. Akibatnya, si konsumen tidak akan menjadi pelanggan di toko tas dan restoran tersebut. Sampai mungkin akhirnya, yang lebih ekstrem lagi, si konsumen bisa menghasut orang-orang yang dikenalnya agar tidak membeli barang di toko tas maupun makan di restoran itu.
             Kalau sudah begitu, apakah si konsumen bisa dinilai bersalah juga? Bisa saja iya. Kenapa? Karena si konsumen mungkin tidak melakukan cara lain yang bisa lebih mendamaikan suasana. Misalnya, memberanikan diri untuk berbicara langsung dengan pihak restoran tentang alasan restoran memberikan harga yang bisa menciutkan nyali dan isi kantong konsumen. Tetapi, cara tersebut tidak mudah bahkan tidak pernah dilakukan oleh kita. Paling tidak kita hanya bisa mengurut dada saja sambil mungkin mendendam dalam hati (tapi ini tidak baik lho ya).
             Jadi, apa yang seharusnya dilakukan? Agar kita bisa menjadi konsumen yang cermat serta tidak abai terhadap hal-hal seperti itu. Tentu juga kita menjadi konsumen yang baik hati karena tidak merugikan siapapun, baik itu pihak penjual dan pembeli lain.
Pertama tentu saja tidak malu bertanya. Pepatah mengatakan lebih baik bertanya agar tak sesat di jalan. Jadi konsumen yang cermat dianjurkan untuk sering bertanya pada kenalan ataupun orang yang sudah mempunyai barang yang ingin kita beli. Bertanya adalah cara ampuh dan singkat untuk mengetahui baik dari segi harga maupun kualitas.
Kedua yaitu menahan emosi. Tidak cepat bernafsu bila ingin memiliki suatu barang. Kadang kita tidak mendapatkan informasi mengenai barang yang diinginkan. Kita sudah mencari tahu kemanapun, tetapi tidak juga menemukan berita perihal barang tersebut. Bukan karena mendesak dan kebutuhan penting kita mungkin akan langsung membeli. Tanpa pikir panjang sama sekali. Alhasil, mungkin beberapa hari kemudian kita menyesalinya. Jadi, redamlah emosi kita. Pikirkan baik-baik dahulu
Ketiga meniru orang lain. Meniru bukan berarti plagiat. Perihal meniru tidak dikonotasikan negatif. Perilaku meniru di sini kita dianjurkan untuk melihat orang lain terlebih dahulu. Kita memperhatikan lebih dulu, mulai dari toko tempat membeli. Apakah banyak orang yang membeli di sana. Sering kali banyaknya pengunjung pada sebuah toko menunjukkan hal positif pada toko tersebut. Selanjutnya, keaslian barang pada toko tersebut, sampai pada kualitasnya.  

         Yang terakhir, tak kalah penting adalah insting. Kita dianjurkan untuk mempunyai insting barang yang ingin kita beli. Insting yang berarti memutuskan dengan hati nurani. Insting yang baik tentu akan menghasilkan keputusan yang baik. Dan sudah tentu berguna untuk kita kelak. 
            Namun perlu kita ingat selalu ya bahwa yang terpenting adalah membeli barang sesuai dengan kebutuhan bukan keinginanby: R.Supriadi

No comments:

Post a Comment