r.supriadi.penang.friends |
Setiap orang akan menggelengkan kepala bahkan bisa juga emosi bila tak sengaja membeli barang atau makanan yang harganya sungguh jauh di luar perkiraan. Misalnya saja untuk satu tas bisa mencapai harga fantastis. Apalagi ternyata di luar dugaan barang tersebut tidak dapat memberikan
kepuasan pada si pemakai. Atau, bila singgah ke sebuah restoran pertama kali. Ada menu yang ditawarkan cukup merogoh kocek lebih dalam. Satu jenis masakan dapat mencapai harga ratusan bahkan jutaan rupiah. Kekecewaan akan bertambah lagi bila ternyata makanan yang disajikan tidak cukup menggugah selera penikmatnya.
Konsumen yang telanjur
merasakan “ketidakadilan” pasti sangat kisruh dan baper hatinya. Ujung-ujungnya mungkin dia akan sakit hati karena
toko tas dan restoran tersebut. Akibatnya, si konsumen tidak akan menjadi
pelanggan di toko tas dan restoran tersebut. Sampai mungkin akhirnya, yang lebih
ekstrem lagi, si konsumen bisa menghasut orang-orang yang dikenalnya agar tidak
membeli barang di toko tas maupun makan di restoran itu.
Kalau sudah begitu,
apakah si konsumen bisa dinilai bersalah juga? Bisa saja iya. Kenapa? Karena si
konsumen mungkin tidak melakukan cara lain yang bisa lebih mendamaikan suasana.
Misalnya, memberanikan diri untuk berbicara langsung dengan pihak restoran
tentang alasan restoran memberikan harga yang bisa menciutkan nyali dan isi
kantong konsumen. Tetapi, cara tersebut tidak mudah bahkan tidak pernah
dilakukan oleh kita. Paling tidak kita hanya bisa mengurut dada saja sambil
mungkin mendendam dalam hati (tapi ini tidak baik lho ya).
Jadi, apa yang
seharusnya dilakukan? Agar kita bisa menjadi konsumen yang cermat serta tidak
abai terhadap hal-hal seperti itu. Tentu juga kita menjadi konsumen yang baik
hati karena tidak merugikan siapapun, baik itu pihak penjual dan pembeli lain.
Pertama tentu saja
tidak malu bertanya. Pepatah mengatakan lebih baik bertanya agar tak sesat di
jalan. Jadi konsumen yang cermat dianjurkan untuk sering bertanya pada kenalan
ataupun orang yang sudah mempunyai barang yang ingin kita beli. Bertanya adalah
cara ampuh dan singkat untuk mengetahui baik dari segi harga maupun kualitas.
Kedua yaitu menahan
emosi. Tidak cepat bernafsu bila ingin memiliki suatu barang. Kadang kita tidak
mendapatkan informasi mengenai barang yang diinginkan. Kita sudah mencari tahu
kemanapun, tetapi tidak juga menemukan berita perihal barang tersebut. Bukan karena
mendesak dan kebutuhan penting kita mungkin akan langsung membeli. Tanpa pikir
panjang sama sekali. Alhasil, mungkin beberapa hari kemudian kita menyesalinya.
Jadi, redamlah emosi kita. Pikirkan baik-baik dahulu
Ketiga meniru orang
lain. Meniru bukan berarti plagiat. Perihal meniru tidak dikonotasikan negatif.
Perilaku meniru di sini kita dianjurkan untuk melihat orang lain terlebih
dahulu. Kita memperhatikan lebih dulu, mulai dari toko tempat membeli. Apakah banyak
orang yang membeli di sana. Sering kali banyaknya pengunjung pada sebuah toko
menunjukkan hal positif pada toko tersebut. Selanjutnya, keaslian barang pada
toko tersebut, sampai pada kualitasnya.
Yang terakhir, tak
kalah penting adalah insting. Kita dianjurkan untuk mempunyai insting barang
yang ingin kita beli. Insting yang berarti memutuskan dengan hati nurani. Insting
yang baik tentu akan menghasilkan keputusan yang baik. Dan sudah tentu berguna
untuk kita kelak.
Namun perlu kita ingat selalu ya bahwa yang terpenting adalah membeli barang sesuai dengan kebutuhan bukan keinginanby: R.Supriadi
Namun perlu kita ingat selalu ya bahwa yang terpenting adalah membeli barang sesuai dengan kebutuhan bukan keinginanby: R.Supriadi
No comments:
Post a Comment