Monday, November 19, 2018

Berlomba Mengaku Super Hero


Berlomba Mengaku Super Hero
Salah satu pencipta tokoh-tokoh superhero dari Marvel, Stan Lee baru saja meninggal dunia dan kepergiannya masih meninggalkan duka yang mendalam bagi penggemarnya. Bukan hanya jasanya dalam hal membesarkan Marvel, tetapi juga bisa jadi akhir dari sosok-sosok super hero yang tidak akan tercipta lagi.
Super hero yang digambarkan Marvel selalu dikenal baik hati, tidak dibuat-buat. Kebaikannya bukan polesan yang hanya tampil di permukaan,
tetapi kebaikan yang sudah tertanam dalam diri. Jadi, kebaikannya itu murni yang datang dari hati yang lurus. Hati yang tidak mempunyai maksud terselubung dan tidak mengharapkan balasan. Sifatnya tanpa pamrih yang tak memungut imbalan ketika berbuat baik. Bahkan kebaikannya sering kali tak mau diakui karena baginya tak ada yang perlu dibanggakan ketika menolong orang lain. Berbuat baik adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap manusia.
Seringnya juga tak mau disebut sebagai super hero, malah ingin dianggap sebagai manusia biasa. Manusia yang tak punya keunggulan apa-apa. Sifat yang rendah hati tak menilai keelokan diri sendiri. Semua jasa menolong orang lain dilakukan bukan untuk dipandang mulia. Makanya, sang super hero selalu pakai topeng, bukan untuk menyembunyikan kejahatan dalam dirinya, justru untuk menenggelamkan kebaikan yang dapat membuatnya ‘lupa daratan’.
Bahkan kehidupan pribadinya juga dikorbankan. Tak jarang sosok super hero tidak punya waktu untuk mengurus kepentingan pribadinya. Tindakannya selalu didahulukan untuk orang lain. Tidak ada super hero yang kehidupan pribadinya normal. Super hero tidak ada yang mempunyai impian target pribadi di masa depan. Hidupnya hanya mempunyai target untuk meyelamatkan banyak orang dari kejahatan. Kisah cintanya pun sering tidak berjalan mulus. Tidak ada waktu untuk menyenangkan kekasih, justru waktunya hanya untuk pengabdian tanpa pamrih bagi orang lain.
Super hero sesungguhnya enggan memegahkan diri di depan khalayak umum. Bukannya malu, tetapi tidak ingin membanggakan diri. Lain lagi dengan musim kampanye pemilu sekarang ini. Pemilu serentak yang akan diselenggarakan april 2019 bermunculan sosok-sosok calon pejabat yang mengaku super hero. Semuanya berlomba-lomba menunjukkan keperkasaannya. Saling mengklaim dirinyalah yang paling hebat. Segala kesusahan akan selesai bila nanti calon pejabat itu terpilih menjadi wakil rakyat. Janjinya diumbar di setiap jalan. Panggung-panggung politik bermunculan memamerkan atraksi  penuh muslihat. Bahkan, ada yang berani menawarkan surga hanya untuk mendulang suara.
Selalu berkebalikan dari super hero yang minim unjuk diri, para calon pejabat negeri ini malah mulai rajin unjuk gigi. Beragam model spanduk dan baliho ramai menghiasi jalan-jalan. Tulisan persuasif di spanduknya pun sangat impresif, mampu menyentuh perasaan masyarakat. Berbagai polesan lagi-lagi aktif digunakan demi meraup simpatisan. Padahal, sebenarnya tujuan utama bukan untuk menolong dan membantu kesusahan, tetapi demi keuntungan diri sendiri. Bila sudah terpilih nanti bukan tak mungkin malah menjadi monster yang seram. Dirinya akan berubah menjadi genderuwo yang siap menebar ketakutan bahkan mencelakakan.
Obralan demi obralan keluar begitu saja dari mulutnya. Meskipun ada maksud terselubung di antara rangkaian kata-kata manisnya, tetapi ada saja orang yang percaya tanpa bukti dan data. Antara yang tulus maupun tidak tulus, hampir tak ada perbedaannya. Dikarenakan semua cuma satu tujuan, yaitu memenangkan kompetisi pemilu 2019 mendatang.
Sosok super hero sesungguhnya harus menentramkan dan siap menumpas kejahatan. Bukan menebar ancaman dan teror terus-menerus. Dan selalu menakuti masyarakat agar hidup dalam pesimistis. Sehingga harapan hidupnya semakin terkikis oleh propaganda ujaran negatif. Bila sudah begitu, negara pasti hancur lebur. Negara ini akan benar-benar lenyap suatu saat nanti.
Super hero yang bertindak nyata bukan hanya berjanji hampa. Biasanya, tindakan itu dirasakan bagi orang lain. Misalnya, turun tangan membela korban dari tindak kejahatan. Aksinya langsung berdampak pada masyakarat yang ditolongnya. Bukan hanya bicara memakmurkan rakyat di podium, ketika turun podium sudah lupa lagi yang diucapkan, atau pura-pura lupa.
Seseorang bisa dijuluki super hero kalau sudah bisa berkorban demi orang lain. Bukannya, mencari kambing hitam dan mengorbankan orang lain. Banyak sekali kasus korupsi maupun kasus hukum lainnya yang mengorbankan pemeran tambahan untuk menjalani hukuman. Sedangkan aktor utamanya aman.
Hendaknya untuk para calon pejabat negeri sadar benar, menjadi super hero untuk negeri Indonesia bukan perkara yang mudah. Pikiran, hati, dan tindakan harus berjalan beriringan. Seperti Spiderman, salah satu tokoh super hero Marvel berkata “Ada pahlawan dalam diri kita semua. Yang menjaga kita tetap jujur, memberi kita kekuatan membuat kita berhati mulia dan akhirnya memungkinkan kita meninggal dengan bangga. Siapkah Anda (calon pejabat tanah air) menjadi pahlawan?
                                                                                                              By : Ruby S


No comments:

Post a Comment