Berlomba
Mengaku Super Hero
Salah
satu pencipta tokoh-tokoh superhero
dari Marvel, Stan Lee baru saja
meninggal dunia dan kepergiannya masih
meninggalkan duka yang mendalam bagi penggemarnya. Bukan hanya jasanya dalam
hal membesarkan Marvel,
tetapi juga bisa jadi akhir
dari sosok-sosok super hero yang
tidak akan tercipta lagi.
Super hero
yang digambarkan Marvel
selalu dikenal baik hati, tidak dibuat-buat. Kebaikannya bukan polesan yang
hanya tampil di permukaan,
tetapi kebaikan yang sudah tertanam dalam diri.
Jadi, kebaikannya itu murni yang datang dari hati yang lurus. Hati yang tidak
mempunyai maksud terselubung dan tidak mengharapkan balasan. Sifatnya tanpa
pamrih yang tak memungut imbalan ketika berbuat baik. Bahkan kebaikannya sering
kali tak mau diakui karena baginya tak ada yang perlu dibanggakan ketika
menolong orang lain. Berbuat baik adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap
manusia.
Seringnya
juga tak mau disebut sebagai super hero,
malah ingin dianggap sebagai manusia biasa. Manusia yang tak punya keunggulan
apa-apa. Sifat yang rendah hati tak menilai keelokan diri sendiri. Semua jasa
menolong orang lain dilakukan bukan untuk dipandang mulia. Makanya, sang super hero selalu pakai topeng, bukan
untuk menyembunyikan kejahatan dalam dirinya, justru untuk menenggelamkan
kebaikan yang dapat membuatnya ‘lupa
daratan’.
Bahkan
kehidupan pribadinya juga dikorbankan. Tak jarang sosok super hero tidak punya waktu untuk mengurus kepentingan pribadinya.
Tindakannya selalu didahulukan untuk orang lain. Tidak ada super hero
yang kehidupan pribadinya normal. Super
hero tidak ada yang mempunyai impian target pribadi di masa depan. Hidupnya
hanya mempunyai target untuk meyelamatkan banyak orang dari kejahatan. Kisah
cintanya pun sering tidak berjalan mulus. Tidak ada waktu untuk menyenangkan
kekasih, justru waktunya hanya untuk pengabdian tanpa pamrih bagi orang lain.
Super hero
sesungguhnya enggan memegahkan diri di depan khalayak umum. Bukannya malu,
tetapi tidak ingin membanggakan diri. Lain lagi dengan musim kampanye pemilu sekarang
ini. Pemilu serentak yang akan diselenggarakan april 2019 bermunculan
sosok-sosok calon pejabat yang mengaku super hero.
Semuanya berlomba-lomba menunjukkan keperkasaannya. Saling mengklaim dirinyalah
yang paling hebat. Segala kesusahan akan selesai bila nanti calon pejabat itu
terpilih menjadi wakil rakyat. Janjinya diumbar di setiap jalan.
Panggung-panggung politik bermunculan memamerkan atraksi penuh muslihat. Bahkan, ada yang berani menawarkan
surga hanya untuk mendulang suara.
Selalu
berkebalikan dari super hero
yang minim unjuk diri, para calon pejabat negeri ini malah mulai rajin unjuk
gigi. Beragam model spanduk dan baliho ramai menghiasi jalan-jalan. Tulisan
persuasif di spanduknya pun sangat impresif, mampu menyentuh perasaan
masyarakat. Berbagai polesan lagi-lagi aktif digunakan demi meraup simpatisan.
Padahal, sebenarnya tujuan utama bukan untuk menolong dan membantu kesusahan,
tetapi demi keuntungan diri sendiri.
Bila sudah terpilih nanti bukan tak mungkin malah menjadi monster yang seram. Dirinya
akan berubah menjadi genderuwo yang siap menebar ketakutan bahkan mencelakakan.
Obralan
demi obralan keluar
begitu saja dari mulutnya. Meskipun ada maksud terselubung di antara rangkaian
kata-kata manisnya, tetapi ada saja orang yang percaya tanpa bukti dan data. Antara
yang tulus maupun tidak tulus, hampir tak ada perbedaannya. Dikarenakan semua
cuma satu tujuan, yaitu memenangkan kompetisi pemilu 2019 mendatang.
Sosok
super hero sesungguhnya harus
menentramkan dan siap menumpas kejahatan. Bukan menebar ancaman dan teror
terus-menerus. Dan selalu menakuti masyarakat agar hidup dalam pesimistis.
Sehingga harapan hidupnya semakin terkikis oleh propaganda ujaran negatif. Bila sudah begitu, negara pasti hancur lebur. Negara ini
akan benar-benar lenyap suatu saat nanti.
Super hero
yang bertindak nyata bukan hanya berjanji hampa. Biasanya, tindakan itu
dirasakan bagi orang lain. Misalnya, turun tangan membela korban dari tindak
kejahatan. Aksinya langsung berdampak pada masyakarat yang ditolongnya. Bukan hanya
bicara memakmurkan rakyat
di podium, ketika turun podium sudah
lupa lagi yang diucapkan, atau pura-pura lupa.
Seseorang
bisa dijuluki super hero kalau sudah
bisa berkorban demi orang lain. Bukannya,
mencari kambing hitam dan mengorbankan orang lain. Banyak sekali kasus korupsi
maupun kasus hukum lainnya yang mengorbankan pemeran tambahan untuk menjalani
hukuman. Sedangkan aktor utamanya aman.
Hendaknya untuk para calon pejabat
negeri sadar benar, menjadi super hero
untuk negeri Indonesia bukan perkara yang mudah. Pikiran, hati, dan tindakan
harus berjalan beriringan. Seperti Spiderman, salah satu tokoh super hero Marvel berkata “Ada pahlawan dalam diri kita semua. Yang menjaga kita tetap
jujur, memberi kita kekuatan membuat kita berhati mulia dan akhirnya
memungkinkan kita meninggal dengan bangga. Siapkah Anda (calon pejabat tanah air) menjadi pahlawan?
By : Ruby S
No comments:
Post a Comment